PRETORIA, KOMPAS.com — Sebanyak enam siswa dari Afrika Selatan (Afsel) dikirim Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pretoria untuk belajar ke Indonesia. Mereka rata-rata akan belajar seni dan budaya di sejumlah perguruan di Indonesia.
Keenam siswa itu adalah Madumeija Albert Mafishi, Mhlaga John Khomotso, Peaceful MN Khunou, Marissa van Rheede van Oudtshroom, Stepo Davied Maponyane, dan Yunus Ogier ke ISI Denpasar.
Di STSI Padang, Akbert dan Khomotso akan belajar seni musik tradisional. Peaceful dan Marissa akan belajar seni lukis, musik, dan fotografi di ISI Solo. Sementara Davied dan Yunus belajar seni lukis dan batik di ISI Denpasar.
Lima dari enam siswa itu sempat ditemui Kompas.com di KBRI Pretoria, didampingi Kepala Penerangan dan Budaya Dedi Jayadiputra dan staf KBRI Jaka Widyatmadja, Jumat (15/7/2010). Mereka berangkat ke Indonesia pada 16 Juli lalu dan berada di Jakarta selama sebulan untuk penataran. Setelah itu, mereka akan dikirim ke sekolah yang dituju.
Menurut Dedi, ini merupakan program Darmasiswa yang dilakukan KBRI setiap tahun. Program ini akan terus dilakukan agar ada pertukaran kebudayaan antara kedua negara. Selain itu, kebudayaan Indonesia biar lebih dikenal di Afrika Selatan.
"Kita punya hubungan baik dengan Afsel. Namun, pengetahuan orang Afsel tentang Indonesia masih sedikit. Maka, dengan program Darmasiswa ini diharapkan akan semakin mendekatkan hubungan dan saling pengertian," kata Dedi.
Hal yang sama dikatakan Jaka Widyatmaja. Menurutnya, sebelumnya KBRI di Pretoria sudah mengirim beberapa orang Afsel untuk belajar di Indonesia selama setahun. Untuk kali ini, koordinasi akan terus dilakukan sebaik mungkin.
"Jadi, nantinya anggota Darmasiswa yang sudah lulus akan tetap kita kontak. Bahkan, kalau perlu mereka akan terus diorganisasi agar tetap ada kegiatan bersama. Misalnya, setiap 17 Agustus mereka akan diundang ke KBRI untuk menampilkan kebolehannya dalam tari tradisional Indonesia dalam acara HUT RI," katanya.
Beberapa siswa yang ditanya juga mengaku tak tahu banyak tentang Indonesia. Justru karena itu, mereka bersemangat belajar ke Indonesia.
"Saya tak tahu apa-apa tentang Indonesia. Maka, senang bisa berangkat ke sana untuk belajar seni tradisional. Itu akan sangat menyenangkan," ujar Marissa.
"Saya tahu Bali sangat terkenal. Saya beruntung dikirim ke pulau itu dan akan memanfaatkan masa belajar setahun sebaik mungkin," jelas Maponyane.
Keenam siswa itu adalah Madumeija Albert Mafishi, Mhlaga John Khomotso, Peaceful MN Khunou, Marissa van Rheede van Oudtshroom, Stepo Davied Maponyane, dan Yunus Ogier ke ISI Denpasar.
Di STSI Padang, Akbert dan Khomotso akan belajar seni musik tradisional. Peaceful dan Marissa akan belajar seni lukis, musik, dan fotografi di ISI Solo. Sementara Davied dan Yunus belajar seni lukis dan batik di ISI Denpasar.
Lima dari enam siswa itu sempat ditemui Kompas.com di KBRI Pretoria, didampingi Kepala Penerangan dan Budaya Dedi Jayadiputra dan staf KBRI Jaka Widyatmadja, Jumat (15/7/2010). Mereka berangkat ke Indonesia pada 16 Juli lalu dan berada di Jakarta selama sebulan untuk penataran. Setelah itu, mereka akan dikirim ke sekolah yang dituju.
Menurut Dedi, ini merupakan program Darmasiswa yang dilakukan KBRI setiap tahun. Program ini akan terus dilakukan agar ada pertukaran kebudayaan antara kedua negara. Selain itu, kebudayaan Indonesia biar lebih dikenal di Afrika Selatan.
"Kita punya hubungan baik dengan Afsel. Namun, pengetahuan orang Afsel tentang Indonesia masih sedikit. Maka, dengan program Darmasiswa ini diharapkan akan semakin mendekatkan hubungan dan saling pengertian," kata Dedi.
Hal yang sama dikatakan Jaka Widyatmaja. Menurutnya, sebelumnya KBRI di Pretoria sudah mengirim beberapa orang Afsel untuk belajar di Indonesia selama setahun. Untuk kali ini, koordinasi akan terus dilakukan sebaik mungkin.
"Jadi, nantinya anggota Darmasiswa yang sudah lulus akan tetap kita kontak. Bahkan, kalau perlu mereka akan terus diorganisasi agar tetap ada kegiatan bersama. Misalnya, setiap 17 Agustus mereka akan diundang ke KBRI untuk menampilkan kebolehannya dalam tari tradisional Indonesia dalam acara HUT RI," katanya.
Beberapa siswa yang ditanya juga mengaku tak tahu banyak tentang Indonesia. Justru karena itu, mereka bersemangat belajar ke Indonesia.
"Saya tak tahu apa-apa tentang Indonesia. Maka, senang bisa berangkat ke sana untuk belajar seni tradisional. Itu akan sangat menyenangkan," ujar Marissa.
"Saya tahu Bali sangat terkenal. Saya beruntung dikirim ke pulau itu dan akan memanfaatkan masa belajar setahun sebaik mungkin," jelas Maponyane.
0 comments:
Posting Komentar